Konawe Utara – Banjir kembali merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, setelah sempat surut dalam beberapa hari terakhir. Hujan deras yang terjadi selama dua hari berturut-turut menyebabkan debit air meningkat dan meluap ke permukiman serta jalur transportasi utama.
Edriansyah, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe Utara, menjelaskan bahwa curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama banjir kembali meluas.
“Banjir sempat surut beberapa hari, tapi karena hujan deras selama dua hari, air meluap kembali,” ujarnya, Sabtu (6/4). Ia juga mengungkapkan bahwa banjir ini disebabkan oleh meluapnya air kali besar di dekat jalan akibat hujan deras.
“Banjir ini asalnya dari air kali besar yang meluap karena hujan di dekat jalan, makanya terjadi banjir di situ,” tambahnya.
Untuk membantu warga, BPBD menyediakan satu unit pincara (perahu tradisional) yang beroperasi setiap hari guna menyeberangkan kendaraan.
“Dari pihak BPBD sendiri ada satu pincara yang aktif setiap hari untuk membantu menyebrangkan mobil. Kami tidak memungut biaya, tapi kadang-kadang ada yang memberi seikhlasnya,” kata Edriansyah.
Ia menambahkan, pengelolaan pincara juga dibantu oleh warga dari berbagai desa.
“Tidak semua pemilik pincara berasal dari Desa Sambandete saja, tapi ada juga yang datang dari desa-desa lain di sekitar lokasi banjir,” ujarnya.
Menurut Edriansyah, terdapat perbedaan tarif penggunaan pincara, tergantung jenis kendaraan dan waktu operasional.
“Untuk motor biasanya dikenakan biaya Rp100 ribu, sedangkan mobil Rp500 ribu. Tapi kalau malam, harganya bisa naik. Untuk motor tetap Rp100 ribu, tapi mobil bisa sampai Rp800 ribu atau lebih, karena risikonya lebih tinggi dan pengemudi pincara harus menahan ngantuk saat bekerja,” jelasnya.
Situasi di lokasi banjir dijaga langsung oleh aparat TNI untuk memastikan keamanan dan kelancaran proses penyebrangan.
“Lokasi banjir ini dijaga langsung oleh aparat TNI. Mereka juga ikut berjaga di sini,” tambahnya.
Sementara itu, Andi, seorang pengemudi logistik asal Kendari, mengaku telah tertahan selama dua hari di lokasi banjir karena tidak bisa menyeberang.
“Saya dari Kendari mau ke Morowali bawa logistik, tapi saya di sini sudah dua hari,” katanya.
Andi menjelaskan bahwa kendaraan yang dibawanya merupakan truk kecil yang tidak memungkinkan untuk dinaikkan ke pincara.
“Karena mobil saya itu truk, dan hanya punya empat roda, tidak bisa naik pincara. Air juga semakin tinggi dan arusnya kencang, saya takut menyebrang. Jadi saya terpaksa harus menunggu sampai air agak surut,” jelasnya.
Ia berharap kondisi segera membaik agar aktivitas distribusi logistik bisa kembali normal.
“Ya, harapan saya air cepat surut supaya mobil-mobil besar bisa gampang menyebrang,” pungkasnya.
Laporan : Faiz Al-Habsyi













